Minggu, 02 Januari 2011

TPA Sarimukati Akhirnya Dibuka, Dapur Mengepul Lagi.


Senin, 27 Desember 2010. Seminggu yang lalu jalanan di kota Bandung dipenuhi sampah dikarenakan ditutupnya akses jalan ke TPA Sarimukti olah penduduk desa setempat Sampah-sampah ini tertumpuk di pinggir-pinggir jalan kota Bandung dan mengeluarkan bau busuk yang sangat mengganggu pengguna jalan dan penduduk di sekitar. Bahkan terlihat belatung-belatung keluar dari tumpukan sampah tersebut. Bibit penyakit yang dibawa sampah tersebut mulai mengancam kesehatan warga di sekitarnya. Hal ini merupakan masalah lingkungan bagi kota Bandung.

Tidak hanya jalan-jalan kota Bandung yang bermasalah akibat penumpukan sampah, tetapi juga TPS di seluruh kota Bandung mengalami masalah. Akibat penutupan TPA Sarimukti beberapa waktu lalu, sampah-sampah di TPS semakin menumpuk bahkan melebar ke badan jalan.

Kini TPA Sarimukti telah kembali dibuka pada 17 Desember lalu. Jalanan di Kota Bandung sudah mulai bersih dan kegiatan pengangkutan sampah di TPS-TPS sudah berjalan normal. Seperti yang terjadi di TPS Tegalega. Kegiatan di TPS ini sudah mulai berjalan kembali setelah seminggu kemarin kegiatan terpaksa diliburkan. Namun masih terlihat belasan gerobak berisi sampah sampah berderet di depan TPS tersebut sehingga hampir manjorok ke pingggir jalan. Suatu pemandangan yang kurang indah dipandang, terlihat sampah berbagai macam sampah tercampur dalam satu gerobak, baik organik maupun anorganik. Hal ini terjadi karena TPS Tega Lega merupakan salah satu TPS yang terakhir dikirimkan truk pengangkut sampah untuk dikirim ke TPA Sarimukti. Sampah yang berbau busuk itu menyebabkan polusi udara di sekitarnya.

TPS yang telah berdiri sejak tahun 80-an ini merupakan TPS sampah yang berasal dari Kecamatan Karasak, Ciateul, Pungkur, Balong Gede, Cigereleng, dan Pelidung hewan. Sampah yang masuk setiap harinya berkisar 120 liter. Kepala TPS Tegalega, Bambang berkata bahwa sampah yang diangkut ke TPS ini dipilah antara sampah organik dan anorganik, kemudian dipisahkan antara barang yang masih berdaya jual dan tidak berdaya jual. Barang yang masih berdaya jual seperti plastik, botol, kaleng, kardus, dan kertas. Dari total sampah tersebut 20 % dibuat kompos, sedangkan 10 % dijual, sisanya yaitu yang tidak memiliki daya jual dibuang.

Berbeda dengan keadaan diluar yang penuh dengan gerobak berisi sampah, keadaan di dalam TPS yang berukuran 5 meter kali 7 meter tersebut menumpuk berbagai sampah yang belum dipilah. Di sebelah kiri TPS tersebut terdapat sebuah kantor andministrasi kecil. Terlihat tepat di depan TPS tersebut terdapat sebuah warung kopi, para petugas yang sedang beristirahat santai sambil menikmati kopi dan gorengan tanpa rasa segan, ” Saya mah sudah biasa Neng”, ujar salah seorang petugas kebersihan, Sedangkan di bagian belakang terdapat tempat pengolahan kompos. Disana terdapat satu unit mesin penggiling sampah organik. Sampah organik yang telah dipilah terdiri dari sampah dedaunan, rumpur, sayuran, dan buah-buahan yang telah digiling kasar ini akan dikirimkan ke Jelekong untuk diproses sampai akhirnya menjadi pupuk kompos.